wadimubarak.com – 25 Januari 2020. Belum lama ini, dua mahasiswa STIU Wadi Mubarak baru saja pulang dari Masjidil Haram, Makkah Al Mukaromah. Kedua mahasiswa, Thariq Mumtaz dan Fiqriadi, baru saja mengikuti daurah menghafal hadits muttafaqun ‘alaih selama 21 hari di sana.
Keduanya termasuk dari 5 peserta terbaik Daurah Huffazhul Wahyain yang diikuti oleh 200an penghafal Al Qur’an terpilih se Indonesia pada Juli tahun kemarin. Peserta terbaik ini berhak atas hadiah umrah dan kesempatan melanjutkan daurah di Makkah.
Daurah Huffazhul Wahyain merupakan program kerjasama STIU Wadi Mubarak Bogor dengan Markaz Huffazul Wahyain yang berpusat di Riyadh.
Selain 5 peserta terbaik daurah wahyain, beberapa peserta asal Indonesia lainnya juga ikut serta. Bahkan, kegiatan yang berlangsung selama 21 hari ini diikuti pula oleh peserta dari beberapa negara: Filipina, Kamboja, Jepang, Australia dan lain-lain dengan total peserta 90 orang.
Baca juga: Menang Menjaga Niat, Mahasiswa STIU WM Sabet Juara 1 Musabaqah Hifzhul Qur’an di Jakarta
Daurah mengharuskan seluruh peserta mengkhatamkan hafalan kitab muttafaqun ‘alaih beserta catatan-catatan kakinya (muzhallal). Total ada 3 kitab.
Pihak kampus merasa sangat bersyukur atas kesempatan baik yang Allah berikan melalui mahasiswa-mahasiswanya. Tahun ini bukan kali pertama mahasiswa STIU menjadi salah satu delegasi program daurah mewakili Indonesia. Tahun lalu, beberapa mahasiswa juga mendapat kesempatan yang sama.
“Kami bersyukur Allah memberikan kesempatan berkumpul menghafal hadits di bawah bimbingan langsung para Masyayikh yg kompeten. Juga bisa berkenalan dengan teman-teman baru dan mengambil faidah dari mereka,” demikian ujar Thariq.
Pengalaman ini membuat Thariq lebih semangat dalam belajar. “Mungkin kita di Indonesia merasa yang terbaik. Tetapi ketika sudah di Makkah, kita menemukan banyak peserta lain yang mempunyai kemampuan menghafal sangat cepat. Di atas rata-rata,” ujarnya.
Tidak banyak berbeda dengan menghafal Al Qur’an, tips sukses menghafal hadits menurut Thariq adalah pahami maknanya terlebih dahulu, fokus dan tentu saja, harus lebih kuat duduk lebih lama dari yang lainnya.
Thariq, juga peserta lainnya merupakan kader-kader umat yang harus terus dilahirkan. Dikembangkan. Semoga di tahun-tahun berikutnya lebih banyak lagi kader umat penghafal Al Qur’an dan hadits seperti ini. Lebih baik, insyallaah. (Ramadhan, mahasiswa tahun kedua STIUWM)
Baca sebelumnya: Menang Menjaga Niat, Mahasiswa STIU WM Sabet Juara 1 Musabaqah Hifzhul Qur’an di Jakarta