Bismillahirrahmaanirrahiim.
Segala puji bagi Allah yang telah mengutus NabiNya mengajarkan adab kepada umatnya, sebagaimana tertera dalam sabdanya: “Sungguh aku diutus menjadi rasul tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang saleh (baik).”
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam yang menjadi contoh yang sempurna bagi umatnya. Lewat beliaulah Allah Ta’ala menyempurnakan risalahNya, menutup para NabiNya sehingga sempurnalah cahayaNya.
Kemampuan mengajar yang baik dapat membantu siswa dalam menangkap pelajaran yang disampaikan. Demikian juga dalam pengajaran ilmu syar’i. Mengajar ilmu syar’i berarti megajarkan sesuatu yang agung. Dalam proses pengajarannya, bukan hanya memerlukan metode yang sesuai, juga terdapat adab-adab yang perlu ditunaikan.
Berikut langkah-langkah mengajar yang baik dan benar dalam mengajarkan Ilmu syar’i :
1. Persiapan yang matang sebelum mengajar
Sebelum mengajarkan Ilmu Syar’i sebaiknya seorang pengajar menyiapkan materi yang akan diajarkan dan menguasainya dengan baik. Walaupun materi yang akan ia ajarkan pernah disampaikan sebelumnya, akan tetapi sebaiknya ia membaca dan meyiapkan kembali materi tersebut. Karena mungkin saja ia akan mendapatkan sesuatu yang baru dari apa yang ia baca.
Pengajar harus memilki wawasan yang luas tentang materi yang akan diajarkan, dengan membaca buku-buku lain yang berhubungan dengan materi.
Penguasaan materi sebelum mengajar akan berpengaruh baik bagi guru saat mengajar. Seperti membangun kepercayaan diri bagi pengajar, membuat kelas menjadi lebih hidup, dan membangun kepercayaan dari para murid bahwa pengajar mereka adalah pengajar yang profesional dalam bidangnya.
2. Berpenampilan yang baik dan sopan
Madzhar (penampilan) adalah salah satu hal yang penting dalam mengajarkan ilmu agama Islam, karena penampilan adalah hal pertama yang dilihat oleh para murid ketika guru masuk kelas.
Jika penampilannya baik dan sopan, maka akan membuat kesan yang baik. Dan sebaliknya, jika dari awal masuk penampilan guru sudah tidak baik, maka akan membuat kesan yang tidak baik. Kita harus senantiasa ingat: guru adalah uswah bagi para muridnya.
3. Memulai dengan salam, basmalah, dan sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad sallaahu ‘alaihi wa sallam
Ini adalah muqodimah atau permulaan yang baik dalam memulai sesuatu, baik ketika mengajar ataupun ketika menulis buku. Selain mendapatkan pahala dalam mengucapkannya, permulaan ini juga adalah kebiasaan para ulama terdahulu dalam mengajar dan menulis kitab. Mereka memulai dengan salam, basmalah dan sholawat kepada Nabi Muhammad sallaahu ‘alaihi wa sallam.
4. Memilih kata-kata yang baik dan sopan
Dalam menyampaikan ajaran agama Islam hendaknya seorang pengajar menggunakan kata-kata yang baik, dan lembut. Sebagaimana Allah perintahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam ketika bermuamalah dengan para sahabatnya.
Allah berfirman yang artinya: “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”. (QS. Ali Imran 159).
5. Mengajarkan Ilmu Syar’i dengan tadarruj (bertahap)
Allah berfirman dalam Al-Quran yang artinya: “Jadilah kamu rabbaniyyin, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya”. (Q.S. Ali Imran: 79).
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata dalam tafsir rabbaniyyin: “Mereka adalah orang yang mengajarkan ilmu yang kecil (sederhana) dahulu sebelum mengajarkan ilmu yang besar (rumit)”.
Dalam mempelajari dan mengajarkan Ilmu Syar’i hendaknya seorang pengajar memperhatikan tahapan-tahapan tersebut. Tahapan ini dibagi menjadi tiga tahapan, pertama, ke-dua, dan ke-tiga. Tahapan pertama adalah tahapan pemula, tahapan ke-dua adalah tahapan penengah, dan tahapan ketiga adalah tahapan akhir.
Misalnya dalam bidang ilmu Nahwu. Tahapan pertama adalah Al-jurumiyah, tahapan kedua adalah Al-mutammimah Al-jurumiyah, dan tahapan ketiga adalah Alfiyah ibnu Malik. Maka, seorang pengajar harus memperhatikan tahapan-tahapan ini ketika mengajar, yaitu memulai dengan kitab pertama, lalu ke-dua dan kemudia kitab ke-tiga. Dan tentunya dengan menyesuaikan kemampuan para murid.
Berdasarkan pengalaman yang penulis dapatkan dari guru-guru penulis, berikut adalah tahapan-tahapan dari beberapa ilmu syari:
- Nahwu : 1. Al-Jurumiyah, 2. Al-Mutammimah, 3. Alfiyah ibnu Malik.
- Shorof : 1. Matan Al-Bina, 2.Tashriful ‘Izzi, 3. Nadzm Al-Maqsud.
- Balagoh : 1. Nadzm Miatul Ma’ani, 2. Nadzm Al-Jauharul Maknun.
- Ushul fiqh: 1. Al-Waroqot, 2. Alluma’, 3. Jam’ul Jawami’.
- Ushul tafsir: 1. Mandzumah Az-Zamzamiyah, 2. Muqoddimah fi ushul tafsir.
- Mustholahul hadist: 1. Al-Baiquniyah, 2. Nukhbatul fikar, 3. Alfiyatul ‘Iroqi.
- Tafsir Al-Quran: 1. As-Siroj fi Gharibil Quran, 2. Tafsir Al-Jalalain, 3. Tafsir ibnu Katsir.
- Hadist Nabawi: 1. Al-Arba’in An-Nawawiyah, 2. Umdatul Ahkam, 3. Bulughul Maram.
- Tauhid: 1. Ushul At-Tsalatsah, 2. Qawaid Al-arba’, 3. Kitab Tauhid.
- Siroh: 1. Khulasotu Nurul Yaqin, 2. Ar-Rohiqul Makhtum.
- Fiqih: 1. Matan Abu Syuja’, 2. Umdatu As-Salik, 3. Al-Minhaj.
6. Menggunakan wasilah (alat) ajar yang sesuai
Seorang murid akan lebih memperhatikan pengajarnya jika pengajar tersebut memperlihatkan hal-hal yang baru dalam pengajarannya. Dan hal-hal tersebut salah satunya berupa alat-alat, seperti papan, alat peraga, speaker, proyektor dan alat lainnya.
Demikian 6 dari 13 adab dan langkah yang penulis kumpulkan, yang harus dilakukan dalam pengajaran ilmu syar’i. Insya Allah kita akan melanjutkan kiat-kiat terkait pengajaran dalam pembahasan selanjutnya.
Editor: UKM Mushaf STIU-WM//AlChoer