Dalam salah satu wasiatnya, Rasulullah menyampaikan bahwa misi utama risalah beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus menjadi seorang rasul tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang Saleh atau akhlak yang baik.”
Dengan pesan serupa, sebuah riwayat lain menyebutkan:
لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“Yaitu untuk menyempurnakan Akhlak Yang Mulia.”
Demikianlah. Di antara beberapa tugasnya, Allah subhaanahu wa ta’ala menugaskan Rasulullaah untuk menyempurnakan akhlak manusia untuk menjadi akhlak yang baik dan mulia. Inilah salah satu tugas khusus sekaligus tugas utama beliau. Inilah salah satu misi tertinggi beliau.
Kemuliaan akhlak bukan hanya diwasiatkan oleh Rasulullah, melainkan merupakan wasiat Allah subhaanahu wa ta’ala dalam beberapa ayat dalam al Quran. Dengan kata lain, kemuliaan akhlak juga merupakan wasiat Allaah subhaanahu wa ta’ala. Ini kemudian menjadi sebuah pertimbangan tersendiri bagi al Imam Bukhari ketika memasukkan wasiat terkait kemuliaan akhlak dalam kitab beliau yaitu Kitab Adab al Mufrad.
Dalam kitab tersebut Imam al Bukhari mencantumkan salah satu wasiat Allah subhaanahu wa ta’ala tentang kemuliaan akhlak:
وَوَصَّيۡنَا الۡاِنۡسَانَ بِوَالِدَيۡهِ حُسۡنًا
“Dan kami wasiatkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya.”
Maasyaallah. Dengan berbakti kepada orang tua kita berarti kita sedang menjalankan wasiat Allah yang juga diwasiatkan oleh Rasulullah. Dan wasiat ini adalah misi utama kenabian Rasulullaah. Amal ini sudah barang tentu memiliki kedudukan yang istimewa.
Dalam kitab Adab al Mufrad juga Imam Bukhori radhiallahu ‘anhu meriwayatkan sebuah hadits dari sahabat yang mulia Abdullah bin umar radhiallahu ‘anhu. Beliau berkata:
– قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ: ((الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا)). قَالَ ثُمَّ أَيُّ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْن قَالَ ثُمَّ أَيّ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Wahai Rasulullah Apakah perbuatan yang paling dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala?” maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun menjawab:“Yaitu salat pada waktunya”. Kemudian beliau kembali bertanya: “Apa lagi ya Rasulullah?” Rasulullah kembali menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua”. Kemudian beliau kembali bertanya: “Apalagi ya Rasulullah?” Rasulullah kembali menjawab: “Berjihad di jalan Allah”.
Hadits di atas kembali menegaskan keistimewaan akhlak mulia khususnya berbakti kepada orang tua. Amalan ini memiliki posisi yang tinggi lagi mulia di sisi Allah ta’ala.
Mengapa Allah dan RasulNya menekankan kepada kita untuk berbakti kepada kedua orang tua? Jawabannya bisa kita lihat dalam riwayat yang juga disampaikan oleh sahabat Abdullah bin umar. Beliau mengatakan:
_عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ , وَسُخْطُهُ فِي سُخْطِهِمَا
Dari Abdullah bin Umar radliallahu ‘anhuma dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ridha Allah terdapat pada ridha kedua orangtua, dan murka Allah juga terdapat pada murka kedua orangtua.”
Ridha Allah ada pada keridhoan kedua orang tua kita. Demikian sebaliknya. Itulah sebabnya mengapa wasiat berbuat baik kepada kedua orang tua sangat dijunjung tinggi, Serta mulia di sisi Allah azza wa jalla.
Mari kita senantiasa berdo’a kepada Allah. Semoga kita diberikan hidayah dan petunjukNya dalam mengamalkan wasiat berupa berbakti kepada orang tua kita.
*Adalah alumni Universitas Islam Madinah, Dosen STIU Wadi Mubarak, Mudir Ma’had Miftahul Jannah Akbar, Cisarua.
Penulis Naskah: UKM Mushaf STIU-WM
Editor: Bagas Widigdo