Senda gurau saat berinteraksi dengan kawan sejawat diperbolehkan dalam Islam, begitu pula dengan bercanda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai tauladan bagi seluruh umat manusia pun sesekali bercanda dengan para sahabat, bahkan kepada istri-istri beliau pun tetap bercanda.
Banyak manfaat dari bercanda. Selain menambah keakraban kepada sesama sejawat, bercanda pun dapat menyehatkan tubuh serta pikiran.
Bercanda yang menimbulkan tawa akan menggerakkan otot-otot wajah, sehingga menyegarkan pikiran dan dapat menghilangkan depresi atau stress. Walaupun guyonan tersebut hanya sebatas mengakibatkan senyum dari yang mendengarnya tentu itu sangat bermanfaat untuk menambah kebahagiaan suasana hati.
Tentu candaan atau pun guyonan tersebut sebatas candaan dan guyonan positif, tidak mengandung ketersinggungan orang lain hingga sakit hati mendengarnya atau menimbulkan bahaya.
Baca Juga: Keluhuran Akhlak Rasulullah ﷺ
Bagaimana jika candaan atau guyonan tersebut mengandung kebohongan?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan peringatan keras bagi seseorang yang berguyonan namun mengandung kebohongan. Diberitakan oleh Bahz bin Hakim, telah menceritakan kepadaku Ayahku dari kakekku, ia berkata: ” Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ
“Celakalah orang yang berbicara kemudian berbohong agar orang lain mentertawakannya, celakalah dia, celakalah dia.”
(HR. Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi)
Selain banyaknya hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang melarang seseorang untuk berbohong, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mensifati orang yang berbohong itu termasuk ke dalam golongan orang munafik.
Bohong dalam rangka apapun akan melahirkan kebohongan lainnya. Sehingga disebutkan dalam pepatah “Bohong adalah pangkal dari dosa”.
Baca Juga: Nongkrong Di Pinggir Jalan? Ingat 4 (Empat) Hal Ini
Begitu besar bahaya bohong dalam Islam sehingga Allah subhanallahu wa ta’ala memasukkan orang yang suka berbohong ke dalam salah satu sifat orang tidak beriman.
إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta”
(QS. An-Nahl: 105).
Maka untuk menjadi seorang mukmin yang sempurna, hendaklah tinggalkan kebohongan dalam bercanda meski sekecil apapun itu. Jika tidak ingin berkata namun ada unsur bohong maka diam adalah lebih baik baginya.
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disampaikan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
لَا يُؤْمِنُ الْعَبْدُ الْإِيمَانَ كُلَّهُ حَتَّى يَتْرُكَ الْكَذِبَ فِي الْمُزَاحِ وَالْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ صَادِقًا
“Seorang hamba tidak beriman dengan sempurna, hingga ia meninggalkan berkata bohong saat bercanda dan meninggalkan debat walau ia benar.”
(HR. Ahmad)
Wallahu a’lam
Penulis: Abu Samudera
Editor: Al.Choer
1 comment on “Bercanda Tapi Bohong. Hati-Hati!”