
Penulis : Dr. Didik Hariyanto, Lc., M.P.I
Diterbitkan oleh : Yayasan Islamic Center Wadi Mubarak
Cetakan Pertama, Mei 2025
210 hlm, 14cm x 20,5 cm
ISBN :

Synopsis:
Dr. Didik Hariyanto, Lc., M.P.I
MENJADI AYAH YANG DIRINDUKAN
Strategi Parenting Nabi Ya’qub ‘alaihissalam Berdasarkan Al-Qur’an
Menjadi seorang ayah bukanlah sekadar peran biologis, tetapi amanah spiritual yang penuh tanggung jawab. Dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ memberikan teladan mulia melalui kisah para nabi, termasuk Nabi Ya’qub ‘alaihissalam — seorang ayah yang berhasil menanamkan iman, nilai, dan cinta dalam hati anak-anaknya. Kisah beliau bukan sekadar sejarah, melainkan strategi parenting yang sangat relevan bagi para ayah di zaman ini.
Buku “Menjadi Ayah yang Dirindukan” hadir sebagai refleksi dan panduan bagi setiap ayah yang merindukan hubungan yang hangat, bermakna, dan bernilai akhirat bersama anak-anaknya. Melalui buku ini kita belajar bagaimana kelekatan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam dengan anak-anaknya, bagaimana beliau berdialog, menanamkan tauhid, serta membimbing dengan cinta dan doa yang tak putus.
Melalui buku ini, kita diajak menyelami dengan lebih dalam dan reflektif:
🔹 Bagaimana Nabi Ya’qub ‘alaihissalam membangun suasana rumah yang hangat dan mendidik?
🔹 Apa saja nilai-nilai penting yang ia tanamkan kepada anak-anaknya, termasuk Nabi Yusuf ‘alaihissalam ?
🔹 Bagaimana cara ia berkomunikasi dan menghadapi persoalan dalam keluarganya?
🔹 Bagaimana sosok ayah dalam keluarga Nabi Ya’qub ‘alaihissalam tampil sebagai pendidik utama yang hangat, tegas, dan penuh hikmah?
Tidak hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, buku ini juga:
✔️ Menawarkan panduan praktis dan menyentuh hati bagi para orang tua muslim
✔️ Menggugah kesadaran para ayah agar kembali hadir, bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional
✔️ Mengajak orang tua untuk meneladani cara mendidik anak yang penuh cinta, bijak, dan bertanggung jawab
Buku ini bukan bacaan berat. Ini adalah teman ngobrol yang hangat – untuk ayah yang ingin membesarkan anak-anaknya dengan lebih tenang, penuh cinta, dan tetap sesuai dengan ajaran Islam. Karena sejatinya, rumah adalah sekolah pertama. Dan ayah – tidak sekadar sebagai pencari nafkah, tapi sebagai figur yang dirindukan, diteladani, dan dibanggakan oleh anak-anaknya.