Sebelum kita mengetahui lebih jauh tentang inovasi dalam mengajarkan agama Islam atau Ilmu Syar’i, terdapat hal yang perlu diperhatikan oleh setiap guru sebelum mengajar yaitu “ikhlas” mengharap ridho Allah ta’ala semata.
Kenapa harus ikhlas?. Karena mengajar adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah ta’ala, jika diniatkan ibadah. Dan suatu ibadah tidak dapat diterima dan diberi pahala oleh Allah, kecuali jika ibadah tersebut diniatkan karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Maka, niat-niat yang keluar dari jalur ikhlas agar diajuhi oleh para pengajar. Seperti ingin mendapatkan pujian manusia, atau ingin mendatkan upah semata, atau ingin disebut pengajar yang profesional, atau ingin menjadi orang yang terkenal, atau juga ingin mempunyai banyak pengikut. Nasalullaahal ‘afiyah.
Berbicara tentang inovasi adalah berbicara tentang sesuatu yang baru dan berbeda dari sebelumnya. Dan jika kita melihat Ilmu Syar’i dari sisi isinya terbagi menjadi dua macam: pertama tsawabit (isi yang tetap), dan ke-dua mutagoyyirot (isi yang berubah).
Ilmu tsawabit atau yang tetap tidak ada inovasi dan pembaharuan terhadap isinya, seperti Aqidah dan Tafsir. Adapun ilmu mutagoyyirot atau ilmu yang berubah, maka boleh ada pembaharuan dalam contoh-contoh isinya, seperti ilmu Fikih.
Sedangkan jika kita melihat Ilmu Syar’i dari sisi cara mengajarkannya, maka sangat dibutuhkan sekali inovasi, baik ilmu tsawabit maupun ilmu mutagoyyirot. Karena zaman sekarang telah berubah dari zaman sebelumnya.
(bersambung)