4. Mengangkat Derajat Orang Tua di Surga
Alquran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ secara mutawatir (bersambung) dengan perantaraan Malaikat Jibril, dan berpahala bagi orang yang membacanya. Alquran merupakan mukjizat yang menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia. Karenanya, Allah memerintahkan untuk membacanya, mentadaburinya, menghafalkan dan mengamalkannya.
Terhadap para Ahlul Quran ini, maka Allah menjanjikan Mahkota kemuliaan bagi kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadits, Buraidah RA, Nabi ﷺbersabda,
من قرأ القرآن وتعلَّم وعمل به أُلبس والداه يوم القيامة تاجاً من نور ضوؤه مثل ضوء الشمس ، ويكسى والداه حلتين لا تقوم لهما الدنيا فيقولان : بم كسينا هذا ؟ فيقال : بأخذ ولدكما القرآن
Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.” (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan al-Abani).
Demikianlah keutamaan Ahlul Quran, semakin ia perbanyak bacaan Alqurannya, semakin diulang-ulang bacaannya, maka bukan hanya pahala yang didapat, melainkan juga derajat yang tinggi di surga. Sang anak yang berhasil mendapatkan derajat tinggi di surga, maka dengan izin Allah bisa turut mengangkat kedua orangtuanya untuk membersamainya di surga. Demikian karena Alquran juga mempunyai keistimewaan manfaat yaitu sebagai syafaat bagi pembacanya.
5. Menjadi Manusia terbaik
Kedahsyatan keutamaan Alquran telah terbukti menjadikan kita sebagai manusia terbaik juga menjadi umat terbaik sepanjang zaman.
Betapa istimewanya Alquran, sehingga malaikat yang diberikan tugas untuk menyampaikannya (Malaikat Jibril) adalah malaikat terbaik, yaitu pemimpinnya para malaikat. Nabi Muhammad ﷺ yang diberi amanah sebagai penerima wahyu Alquran, juga menjadi manusia terbaik, pemimpinnya para nabi, sekaligus sebagai penutup risalah kenabian. Alquran yang diturunkan pada bulan Ramadhan, maka menjadikan Ramadhan sebagai bulan terbaik, bulan penuh rahmat dan ampunan. Lailatul Qodar, lantaran sebagai malam diturunkannnya Alquran, maka menjadikannya sebagai malam terbaik, bahkan lebih baik dari seribu bulan, dimana para malaikat dan Jibril turun ke bumi untuk membawa segala urusan yang penuh hikmah.
Setiap orang tentu mendambakan menjadi yang terbaik. Salah satu cara menjadi manusia terbaik adalah dengan menjadi ahlul Quran. Membaca Alquran merupakan salah satu aktifitas yang mengantarkan kita menjadi manusia terbaik. Sebagaimana dalam sebuah hadits: Dari Utsman RA, Rasulullah ﷺbersabda:
(خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (رواه البخاري والترمذي
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya.” (HR.Bukhari dan Tirmidzi). [1]
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa belajar dan mengajarkan Alquran merupakan ciri orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para Rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain.[2] Adapun salah satu upaya mempelajari Alquran, tak lain adalah dengan membaca Alquran. Baik itu membaca untuk diri sendiri maupun untuk diperdengarkan kepada yang lain.
Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺjuga meminta sahabat Ibnu Mas’ud untuk membacakan Alquran. Rasulullah ﷺ bersabda: “Bacakanlah Alquran kepadaku.” Aku pun berkata, “Aku membacakannya untuk Anda, padahal kepada Andalah ia diturunkan?” beliau bersabda: “Sesungguhnya aku suka mendengarnya dari orang lain.” Akhirnya aku pun membacakan surat An-Nisa` dan ketika sampai pada ayat: “Dan bagaimanakah sekiranya Kami mendatangkan manusia dari seluruh umat dengan seorang saksi, lalu kami mendatangkanmu sebagai saksi atas mereka.” Maka beliau pun bersabda padaku: “Cukuplah.” Lalu aku pun melihat kedua mata beliau meneteskan air. (Hadits Bukhari: 4667)
Hikmah yang bisa diambil dari hadits tsersebut adalah, sunat hukumnya ketika membaca Alquran untuk diperdengarkan kepada orang lain. Sehingga sang pendengar juga bisa mentadaburi Alquran. Pantaslah jika Alquran menjadi wasilah untuk menjadi sebaik-baik manusia. Karena bagi pembaca, pendengar, pengajar maupun yang mengamalkan Alquran, masing-masing mendapatkan keistimewaan disisi Allah.
6. Alquran Menjadi Syafaat Pada Hari Kiamat
Syafaat Alquran pada hari kiamat ialah nyata dan tidak terbantahkan. Namun, untuk mendapatkan syafaat Alquran, tentunya seseorang harus memiliki hati yang terikat kuat dan menjadikan Alquran sebagai bacaan utama dan berpegang teguh pada kandungan isinya.
Dalam sebuah hadits:
Abu Umamah al-Bahili RA berkata, Rasulullah ﷺ bersabda :
(اقْرَءُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ (رواه مسلم
“Bacalah Alquran, maka sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya.” (HR.Muslim).
Hadits ini memerintahkan kita agar menjadikan Alquran sebagai bacaan utama harian kita. Kelak Alquranlah yang akan menjadi sahabat di akhirat sebagaimana kedekatan interakisnya dengan Alquran selama di dunia. Jika kita menjaga kelestarian Alquran dengan membaca dan berpegang teguh pada isi kandungannya, niscaya Alquran akan menjaga kita dengan memberikan syafaat/pertolongan di akhirat kelak.
Kalimat “Bacalah Alquran” dapat dipahami perintah membaca secara tekstual maupun perintah untuk mentadabburi isi kandungannya. Mayoritas ulama memahami perintah ini dengan membaca secara tekstual secara istiqamah setiap hari berdasarkan hadis-hadis tentang keutamaan membaca Alquran. Salah satunya sabda Rasulullah ﷺ dari Anas bin Malik RA,
“Barangsiapa yang membaca Alquran siang atau malam 50 ayat niscaya tidak tergolong orang-orang yang melalaikan (Alquran), dan barangsiapa yang membaca Alquran 100 ayat niscaya tergolong orang yang taat, dan barangsiapa yang membaca Alquran 200 ayat niscaya Alquran tidak akan menghujatnya pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Sinni)
Kalimat “memberi syafaat kepada pembacanya” menunjukkan kehadiran Alquran pada hari kiamat sebagai sahabat sejati pembacanya dengan tampil sebagai pemberi syafaat. Pada hari itu, Alquran akan tampil mengawal sahabatnya meniti jalan menuju surga.
7. Allah Tinggikan Derajat Seseorang Melalui Alquran
Salah satu keutamaan dan kemuliaan bagi Ahlul Quran yang senantiasa membaca Alquran, mengkaji dan mengamalakannya adalah akan ditinggikan derajatnya oleh Allah ﷻ. Allah akan memberikan balasan surga dengan kenikmatan dan keindahan tiada batas. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mengamalkan Al-Qur’an, berpaling dari Alquran dan tidak berhukum dengannya, niscaya Allah ﷻ akan menghinakannya.
Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan dari Umar bin Khatab RA, bahwa Rasulullah ﷺbersabda.
اَنّ اللّٰهَ يَرْ فَعُ بِهَذَ الْكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ
“Sesungguhnya Allah ﷻ mengangkat derajat beberapa kaum dengan Alquran ini dan merendahkan yang lain dengannya pula.” hadits riwayat Muslim.
Maknanya, sesungguhnya Allah Ta’ala mengangkat derajat suatu kaum melalui Alquran, yakni dengan mengimaninya, mengagungkannya serta mengamalkannya dengan ikhlas. Allah Ta’ala menjadikan mereka mulia dan terhormat baik di dunia maupun akhirat. Dan Allah merendahkan serta menghinakan yang lain dengan Alquran, yakni mereka yang tidak mengimaninya, atau beriman serta tidak mengamalkannya secara ikhlas.[3]
8. Alquran Menguatkan Keimanan
Bacaan Alquran merupakan dzikir yang agung. Semakin diulang maka semakin memperkuat keimanan. Semakin diulang tilawahnya maka semakin meningkatkan kenikmatan. Oleh karenanya, para Sahabat Rasul terdahulu, mereka sering saling memanggil untuk memperbarui keimaan mereka melalui nasehat, dzikrullah dan bacaaan Alquran, sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits, Mu’adz berkata:
اِجْلِسْ بِنَا نُؤْمِنُ سَاعَةً
“Duduklah dengan kami, kita beriman (memperbaharui dan menguatkan keimanan) sesaat.” (HR. al-Bukhari)[4]
Para Sahabat Rasul jika bertemu kawannya di jalan, maka saling memanggil, untuk saling memperbarui keimanan. Kemudian mereka membaca QS Al Ashr.
- وَٱلْعَصْرِ
- (Demi masa)
- إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ
- (Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian)
- إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
- (Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan kesabaran.)
(Bersambung Bag. IV)
Penulis adalah Pimpinan Islamic Center Wadi Mubarak, gelar Doktor Quranic Parenting disematkan setelah mempertahankan disertasi berjudul “Konsep Parenting (Al-Tarbiyah Al-Wâlidiyyah) dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Sejarah Nabi Ya’qub A.S.)” di Universitas Ibnu Khaldun Bogor, tahun 2017.
*Penulis skrip dan editor Tanti Ummu Fahdlan
_________
[1] Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (hadis no. 4639), Abu Dawud (hadis no. 1240), al-Tirmizi (hadis no. 2832), dan Ibn Majah (hadis no. 207)
[2] Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman 126-127
[3] Faidh Al Qadir, 2/302
[4] (HR. al-Bukhari “Kitabul Iman”, secara mu’allaq (tanpa sanad), disambungkan sanadnya oleh Ibnu Abi Syaibah (30363), dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Kitabul Iman Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salam (20))