Anak adalah hadiah terindah yang dititipkan oleh Allah kepada setiap orangtua, menjaganya dengan ketulusan hati sudah menjadi keharusan bahkan kewajiban baginya.
Anak bukanlah sebuah beban, ia dilahirkan tidak membawa kesulitan, melainkan sebuah keberkahan dan kebahagiaan. Maka pandanglah anak kita sebagai hadiah dari Allah yang sangat besar, mahal nan berharga, sudah sepatutnya kita menjaganya dengan sebaik-baiknya.
Tentunya memantaskan diri sebelum mengasuh sudah menjadi keharusan bagi setiap pendidik. Seorang dokter pun harus menempuh setidaknya 4 tahun masa pendidikan dan ditambah beberapa tahun lagi sebelum kemudian ia diberi izin untuk merawat ataupun mengobati pasien.
Bahkan pengendara motor ataupun mobil terlebih dahulu diharuskan memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) agar memenuhi persyaratan sebagai pengendara yang baik.
Baca Juga: Menyiapkan Generasi Baru, Generasi Qur’an, Generasi Unggul (Batch 1)
Betapa lemahnya diri kita ‘betapa dzolimnya’ kita sebagai orang yang telah diberikan hadiah yang mahal namun tidak mempersiapkannya dengan sebaik mungkin.
Berapa banyak hadits, ayat, teori yang telah kita pelajari sebelum sang buah hati itu terlahir? Harus diakui mayoritas dari kita mendidik anak dengan irtijalliyyat (sesuai perasaan saja) tanpa teori tanpa konsep, hanya menyesuaikan dengan perasaan, tidak diiringi dengan pengetahuan tentang kepengasuhan.
Ada ungkapan yang sangat bagus untuk dapat kita renungi: “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian“.
Maka tidak cukup bagi seorang pendidik hanya mengandalkan intuisi, kita perlu belajar metode kepengasuhan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits, serta diperkuat dengan ilmu dan metode parenting yang lain. Sehingga menjadi orangtua ideal yang akan melahirkan generasi baru, generasi qur’ani, dan generasi yang unggul.
Simak Live Qur’anic Parenting:
– Mengajarkan Keikhlasan Terhadap Anak
– Fokuslah Pada Pencapaian Anak Anda Dan Hargai Usahanya
Bukanlah sebuah aib bagi kita ketika mengakui sebuah kesalahan sebagai introspeksi diri, sehingga dengan itu kita melakukan sebuah perubahan agar terus menjadi lebih baik. Yang aib adalah annabqo ‘alal khoto ketika kita ridho, rela untuk tetap bertahan dalam lubang kesalahan. Kesalahan dalam menjaga hadiah dari Allah, kesalahan dalam mendidik dan mengasuh sang buah hati, lalu kemudian sungkan untuk mengakui dan introspeksi sehingga tidak ada keinginan besar untuk berubah menjadi lebih baik, itulah yang disebut aib bagi seorang pendidik.
Jika selama ini kita merasa salah atau kurang tepat dalam mendidik, maka menyesali menjadi langkah pertama bagi kita, kemudian menambah ilmu-ilmu parenting, setelah itu berusaha memperbaiki kesalahan yang disadari ataupun tidak disadari, serta tidak ada salahnya untuk meminta maaf kepada anak-anak, bukan berarti kita tidak memiliki kebaikan namun dengan itu akan menghancurkan sekat-sekat yang terdapat di antara kita dengan anak-anak.
*) Tulisan dirangkum dari Tausiyah Qur’anic Parenting yang disampaikan oleh Al-Ustadz DR. Didik Hariyanto, Lc. M.P.I (Pimpinan Islamic Center Wadi Mubarak, Megamendung, Bogor)
Editor: Al.Choer
🏆 Informasi Pendaftaran Santri Baru👇
Informasi Pendaftaran Islamic Center Wadi Mubarak Tahun 2022-2023