Beliau adalah Syaikh Turkī ibn ‘Abd ar-Rahmān ash-Shā’igh, seorang ulama asal Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia. Pernah menjabat Atase Agama di Kedutaan Besar KSA di Filipina dan Anggota Dakwah dan Bimbingan di Provinsi Qassim, Saudi Arabia.
Mengawali nasihatnya kepada para mahasiswa STIU, beliau membawakan kisah Abu’l Misk Kafur, seorang budak yang menjadi penguasa Bani Ikhsyid di Mesir.
Kafur adalah budak asal Habasyah (Ethiopia) yang diperjualbelikan di pasar Nikhasah (pasar khusus jual-beli budak). Tidak ada yang istimewa darinya. Kulitnya hitam, kakinya cacat, jalannya lambat lagi buruk rupa wajahnya. Meskipun begitu ia memiliki tekad yang kuat untuk menjadi seorang amir (pemimpin) Mesir.
Jika budak semisalnya ingin dibeli oleh orang yang kaya, orang yang baik agar dapat hidup di tengah kenikmatan namun justru Kafur memiliki tekad yang tinggi. Ia selalu mengatakan di dalam hatinya bahwa aku ingin menjadi penguasa negeri ini (Mesir).
Singkat cerita Kafur kemudian dibeli oleh penjual minyak dan ia dipekerjakan secara tidak manusiawi. Dari kondisi tersebut ia belajar menempa diri dan melatih mentalnya. Kemudian tak berselang lama ia dibeli oleh tuan yang baru yaitu seorang penulis.
Dari penulis utulah ia belajar membaca dan menulis serta menambah wawasan keilmuannya. Pada masa-masa ini ia tak pernah lupa akan mimpinya untuk menjadi penguasa Mesir.
Suatu hari sang tuan ingin mengirimkan hadiah kepada Amir Mesir kala itu, Muhammad bin Thagj. Hal ini dikarenakan si penulis pernah memiliki kedekatan dengan sang Amir sebelum ia menjadi penguasa. Ia pun mengirim hadiah untuk sang Amir melalui perantara Kafur, budaknya.
Baca Juga:
– 12 Mahasiswa STIU-WM Dianugerahi Sanad Qira’ah
– Tutup Daurah Huffazhul Wahyain; 3 (Tiga) Mahasiswa STIU-WM Dapatkan Umroh Gratis
Tatkala sang Amir melihat Kafur, ia memiliki firasat bahwa Kafur bukan orang biasa. Menyadari hal itu segeralah ia beli Kafur dari si penulis. Dari sinilah mulai terang apa yang diimpikan oleh Kafur.
Kafur menjadi pembantu di istana hingga wafatnya Muhammad bin Thagj. Naiklah putra sang Amir yaitu Unujur yang masih berusia lima belas tahun. Hal tersebut menyulut api protes dan amuk dari rakyat. Di saat itulah Kafur dengan tekad yang selama ini ia pendam mencoba menjadi “penyelamat”.
Dengan segala pengalaman dan kemampuan yang telah ia miliki ia mengambil alih urusan pemerintahan. Hal tersebut menarik respek rakyat Mesir dan membuat mereka lebih yakin kepada kepemimpinan Kafur. Kafur pun diangkat menjadi amir Mesir pada masa Bani Ikhsyid dan menjabat selama dua tahun.
Dari kisah Kafur, Syaikh memotivasi mahasiswa STIUWM agar memiliki tekad yang tinggi sebagaimana ia bertekad. Meskipun Kafur berstatus sebagai budak hal tersebut tidak menghalanginya untuk tetap bertekad menjadi amir. Dengan bermodal tekad yang kuat dan usaha yang gigih Allah pun mengabulkan impian Kafur dan menjadikannya amir Mesir.
Kemudian Syaikh melanjutkan nasihatnya dengan membawakan dalil-dalil perintah untuk memiliki tekad tinggi. Di dalam Al Qur’an Allah ﷻ telah memerintahkan Rasulullah ﷺ agar bersabar. Namun perintah di sini bukan sekadar perintah untuk sabar melainkan untuk meniru sabarnya para Ululazmi, para rasul yang terbaik. Allah ta’ala berfirman:
…… فَٱصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْعَزْمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ
“Maka, bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) sebagaimana ululazmi (orang-orang yang memiliki keteguhan hati) dari kalangan para rasul telah bersabar…”
(QS: Al Ahqaaf: 35)
Dalam ayat di atas terdapat motivasi kepada seorang muslim agar meniru dan mengidolakan tokoh yang paling baik dan bukan sembarang tokoh, yaitu para rasul ululazmi.
Baca Juga:
– Pendaftaran Daurah Menghafal Shohih Bukhari Muslim
– Prof Rasjid Soeparwata Isi Kuliah Umum STIU Wadi Mubarak
Selain ayat Alquran, Syaikh juga membawakan hadits Nabi shallaulaahu ‘alaihi wa sallam yang mengandung isyarat perintah untuk memiliki tekad tinggi. Nabi ﷺ bersabda:
… احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ …
“Bersungguh-sungguhlah pada perkara-perkara yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu bersikap lemah”
(HR. Muslim dan Ahmad)
Syaikh juga membawakan sebuah bait syair tentang tekad yang tinggi,
وَمَنْ يَتَهَيَّبْ صُعُوْدَ الْجِبَال ۞ يَعِشْ أَبَدَ الدَّهْرِ بَيْنَ الْحُفَرِ
Barangsiapa tak pernah bernyali untuk mendaki gunung,
Niscaya selamanya ia akan mendekam di dalam lubang,
Kemudian nasihat beliau tutup dengan membawakan 5 kiat sukses bagi seorang muslim pemilik himmah Aaliyah:
1. Target yang jelas (وضوح الهدف)
Target yang jelas merupakan langkah paling awal baginya. Jika ia memiliki target maka ia tahu ke mana akan melangkah. Berbeda dengan seorang yang tidak memiliki tujuan. Sampai kapanpun ia hanya melangkah tanpa tujuan dan tidak mengetahui apa yang ia cari.
Begitulah sejatinya seorang muslim. Ia sudah memiliki target dan tujuan yang jelas dalam kehidupannya. Semua perbuatan dan aktivitasnya bermuara kepada satu hal, yaitu peribadatan kepada Allah. Allah ﷻ berfirman: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku,” (QS: Az-Zariyaat: 56)
2. Memperbanyak doa (الإكثار من الدعاء).
Dikisahkan bahwa Syaikh Abdul Karim Al Khudhair (seorang muhaddits dan murid senior Syaikh Ibn Baz) tidak pernah lepas daripada berdoa:
ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما
“Ya Allah karuniakanlah kami istri-istri dan anak-anak yang menjadi penyejuk mata kami dan jadikanlah kami pemimpin orang-orang bertakwa,”
Allah pun mengabulkan doa beliau. Beliau menjadi ulama hadits senior dan menjadi rujukan para penuntut ilmu. Anak-anak beliau merupakan dai-dai di jalan Allah. Oleh karenanya beliau senantiasa memotivasi kaum muslimin agar selalu berdoa dengan doa ini.
Baca Juga:
– Mahasiswa Asal Kaltim Dapatkan Ijazah Sanad Al-Qur’an Di ICWM
– Nikmatnya Umroh Ke Tanah Suci Plus Dauroh Bersama Masyayikh
3. Mengetahui jalan yang benar (معرفة الطريق الصحيح)
Pepatah arab mengatakan:
تَرْجُو النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا ۞ إِنَّ السَّفِيْنَةَ لَا تَجْرِي عَلَى اليَبَس
Engkau menginginkan kesuksesan namun tak menempuh jalannya,
Sesungguhnya kapal itu tidak berlayar di daratan,
Maka kesuksesan tidak mungkin dicapai kecuali dengan menapakai jalan menujunya. Sejauh mana ia mengetahui jalan menuju kesuksesan secepat itu pula ia akan sampai pada kesuksesan.
4. Teman yang tepat (اختيار الصحبة الصالحة).
Siapa yang menyangka bahwa Abdurrahman bin Muljam, pembunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib dahulunya adalah seorang ahli ibadah. Bahkan pada saat Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah beliau mengirim Abdurrahman bin Muljam untuk mengajarkan Alquran kepada penduduk Mesir.
Hal tersebut berubah ketika ia menikahi perempuan Khawarij. Ia menyangka bahwa dirinya tak akan terpengaruh dengan keyakinan si wanita. Namun ternyata ia menjadi seorang Khawarij bahkan menjadi “pahlawan” bagi mereka dengan membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Begitulah perjalanan seseorang menuju kesuksesan. Tidak ada sesuatu yang paling mempengaruhi seseorang kecuali kondisi teman dekatnya. Maka kesuksesan akan diraih dengan selektif memilih teman yang dapat mengantarkan kepada kesuksesan.
Baca Juga:
– Kerjasama Dengan STIUWM Walikota Padang Buka Pelatihan Guru Al-Qur’an
– Ketua Yayasan ICWM Dapatkan Sanad Al-Qur’an Di Madinah
5. Muhasabah (محاسبة).
Siapa yang tidak kenal Dr Thariq Suwaidan? Beliau merupakan penulis, motivator dan trainer manajemen yang sangat terkenal di Timur Tengah. Beliau juga merupakan bos dari perusahan-perusahaan besar.
Namun siapa sangka ternyata di balik kesuksesan tersebut, beliau pernah mengalami banyak kegagalan. Beliau mengatakan bahwa ada kurang lebih seratus perusahaan yang pernah beliau dirikan. Namun dari jumlah tersebut ada tiga puluh perusahaan yang bangkrut dan gagal.
Beliau mengatakan rahasia suksesnya tujuh puluh perusahaan sisanya adalah hasil dari evaluasi kegagalan sebelumnya. Maka kesuksesan adalah evaluasi dari kegagalan yang pernah terjadi. Setiap kali kegagalan menimpa jangan pernah putus asa dan menyerah. Jadikan kegagalan sebagai pelajaran. Dengan begitu kesuksesan akan diraih dengan izin Allah. Wallahu ta’ala a’lam//Al.C
*Dirangkum oleh Ustadz Irsyad Husnul Hidayat Hafizhahullah Ta’ala saat Kajian Shubuh, Rabu (29/03/2023)