Kiat-kiat selanjutnya ialah:
7. Menggunakan metode hiwar (percakapan) dalam mengajar.
Dalam mengajarkan Ilmu Syar’i terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan, salah satunya adalah metode hiwar, yaitu metode percakapan. Metode ini lebih diutamakan dari metode-metode lain, karena didalam metode ini terdapat kebebasan dalam berpendapat dari seorang murid.
Bukan hanya dari gurunya saja ia mendapatlkan ilmu, akan tetapi guru dapat memancing para murid untuk mengeluarkan ide dan pendapatnya, sehingga ia dapat istinbath (menyimpulkan) sendiri apa yang disampaikan oleh gurunya. Jika yang disampaikan murid tersebut benar maklumatnya, maka guru mengapresiasinya. Dan jika maklumatnya salah, maka guru membenarkannya.
8. Menggunakan gerakan tangan dan badan.
Salah satu hal yang membuat para murid memperhatikan kita adalah gerakan tangan dan badan. Karena dalam memberikan maklumat Ilmu Syar’i tidak cukup dengan perkataan saja, akan tetapi dibutuhkan gerakan-gerakan yang membuat para murid lebih faham apa yang disampaikan pengajar. Contohnya tata cara wudhu dan shalat.
Dan tentunmya gerakan tangan dan badan ini sesuai dengan materi yang diajarkan, tidak keluar dari materi pembahasan.
9. Memperhatikan perbedaan kemampuan setiap murid.
Allah menciptakan manusia dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami dan menyerap ilmu. Ada yang dimudahkan dalam memahami materi, ada pula yang sulit dalam memahaminya. Maka, seorang guru hendaknya memperhatikan hal ini.
Seorang murid yang sulit memahami materi maka perhatian kepadanya akan lebih banyak dari pada murid yang cepat memahami. Bahkan jika mampu, pengajar tersebut memberikan waktu khusus di luar jam pelajaran untuk mengajari murid yang lambat memahami materi tersebut.
10. Memotivasi kepada para murid tentang keutamaan mempelajari Ilmu Syar’i.
Dalam mempelajari Ilmu Syar’i terdapat keutamaan didalamnya, kerena hal tersebut adalah bentuk memahami agamanya. Maka, kita dari setiap muslim dan muslimah harus mengetahui perkara yang wajib bagi kita. Contohnya, kita menjelaskan keutamaan-keutamaan penuntut ilmu terlebih yang mengajarkannya.
Apalagi terdapat banyak hadits yang menjelaskan keutaman-keutamaan bagi seseorang yang mempelajari Ilmu Agama. Salah satunya: Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan memahamkan kepadanya agama (Islam)”. (H.R. Bukhari & Muslim).
11. Mengkaitkan Ilmu Syar’i yang ada dalam buku dengan keadaan realita sekarang.
Banyak orang yang berpendapat bahwa Ilmu Syar’i adalah ilmu yang berhubungan dengan orang-orang terdahulu dan orang arab saja, tidak sesuai dengan zaman sekarang. Maka, jalan keluar dalam menjawab pandangan ini adalah dengan menghubungkan maklumat yang ada pada kitab dengan keadaan sekarang yang kita alami.
Hal ini butuh keahlian yang khusus dari para guru atau pengajar, yang memiliki pengalaman yang luas dalam mengajar, disertai dengan membaca banyak referensi dari buku dan internet.
12. Mengajarkan Ilmu Syar’i dengan Bahasa Arab.
Tidak diragukan lagi bahwa semua bidang Ilmu Syar’i kembali kepada dua sumber, yaitu Al-Quran dan Hadist. Contohnya Ilmu Tafsri kembali kepada Al-Quran, Ilmu Mustolahul Hadist kembali kepada Hadist, Ilmu Fiqih kembali kepada Al-Quran dan Hadist, dan begitu seterusnya dari Ilmu-Ilmu Syar’i yang lain.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Al-Quran diturunkan dengan berbahasa Arab, dan Hadist diriwayatkan dengan bahasa Arab. Oleh karena itu, tidaklah sempurna penyampaian Ilmu-Ilmu Syar’i kecuali dengan bahasa Arab. Sebagaima pepatah mengatakan: “Bahasa arab adalah kunci dari setiap ilmu”.
13. Menutup pelajaran dengan hamdalah, kaffarotul majlis, sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad sallaahu ‘alaihi wa sallam dan salam.
Sebagaimana memulai pelajaran dengan salam, basmalah dan sholawat dan salam kepada Nabi, begitu juga dengan menutup pelajaran. Ditambah dengan membaca kaffarotul majlis yaitu doa yang berbunyi:“subhaanaka allaahumma wa bi hamdika asyhadu alla ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik”. Agar pelajaran pada hari itu diberkahi oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Semoga artikel ini dapat mencerahkan para guru dan pengajar Agama Islam dimanapun berada. Dan saya berharap semoga generasi muda sekarang lebih berminat untuk belajar Agama Islam.
Sungguh saya sangat sedih dan miris sekali ketika menemukan seorang muslim atau muslimah yang sudah berumur, akan tetapi praktik ibadahnya masih banyak yang belum sesuai sebagaimana yang di contohkan oleh Nabi.
Maka, ini adalah kewajiban kita para guru, dosen, ustadz, ustadzah, da’i, mubaligh, alim, dan semua orang yang mempunyai ilmu Agama Islam untuk menyampaikan ilmu tersebut walupun hanya sedikit. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadist: “ballighu ‘anni walau aayah”, “sampaikanlah (ilmu) dariku walau hanya satu ayat”. Terimakasih, wassalaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barokaatuh
Editor: UKM Mushaf STIU-WM//AlChoer