Sebuah hadits menyebutkan, manusia yang cerdas adalah yang setiap amalannya berorientasi pada kehidupan setelah kematiannya. Akhirat. Seorang muslim harus meyakini bahwa ada alam lain setelah kehidupan dunia. Keyakinan ini harus diikuti dengan upaya mempersiapkan diri masa depan seperti apa yang akan kita jalani di alam setelah dunia kelak.
Al Quran dan hadits memberikan berbagai pedoman dan peringatan terkait alam akhirat yang sejatinya merupakan alam kekal dan tujuan akhir setiap manusia.
Pertama, Manusia hidup di dunia hanya sebentar, dan kelak di akhirat ia dihisab.
Sesungguhnya kamu adalah hari-hari. Jika berlalu satu harimu, maka berlalu pulalah sebagian dari dirimu. Demikian ucapan Imam Hasan al Bashri. Tak satupun memiliki cadangan hari yang melimpah. Setiap manusia memiliki waktu yang terbatas. Kelak, ia akan diminta pertanggungjawaban dengan amalan apa hari-harinya dilalui.
Kedua, Bersiap-siap menuju alam akhirat dengan banyak berbuat amal sholeh.
Amal sholeh akan menghasilkan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat (hayatan thayyibah). Demikian janji Allah dalam QS an Nahl 97. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita untuk menyiapkan diri kita untuk bekal nanti di akhirat (QS al Hasyr ayat 18).
Ketiga, niat ikhlas dalam beramal.
Ikhlas beramal merupakan syarat mutlak dalam setiap amalan seorang muslim. Ikhlas adalah ketika setiap amal kita hanya ditujukan untuk Allah taála dan dalam rangka memeroleh keridhoanNya. Setiap amalan yang ditujukan untuk selain Allaah maka amalanya tertolak.
Keempat, Safar di dunia itu banyak sedangkan safar menuju akhirat hanya sekali.
kita hanya punya satu kesempatan dalam mempersiapkan perjalanan kita menuju alam akhirat. Manusia hanya hidup sekali di dunia. Tidaklah pantas bagi seorang manusia untuk melalaikan kesempatan hidup yang Allah berikan kepadanya dengan perbuatan yang sia-sia.
Kelima, Ujian “duniawi” itu dapat diulang. Ujian persiapan menuju akhirat tidak bisa diulangi.
Gagal ikut seleksi, gagal berdagang, dan kegagalan lain biasa dialami manusia. Jika seorang manusia gagal menjalani berbagai jenis ujian “duniawi”, jika Allah berkehendak, ia bisa memeroleh kesempatan yang kedua. Pepatah mengatakan, gagal adalah kemenangan yang tertunda. Sayangnya, ujian dalam rangka mempersiapkan diri menuju alam akhirat tidak bisa diulang. Sekali gagal, tinggal sesal yang tersisa.
Demikian beberapa nasihat tentang pentingnya mempersiapkan kehidupan akhirat. Semoga kita semua mendapatkan barokah dari Alquran dan semoga Allah ta’ala membimbing kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Aamiin yaa robbal alamiin….
(Tulisan dikembangkan dari salah satu khutbah dalam program khithobah harian STIU Wadi Mubarak, disampaikan oleh Muhammad Sila dalam bahasa Arab, mahasiswa STIU Semester I asal Republik Mali)
Penulis Naskah/Alih Bahasa: UKM Mushaf STIU-WM
Editor: Bagas Widigdo