Menjadi Ahlul Quran adalah sebuah misi yang agung. Ahlul Quran adalah keluarganya Allah di muka bumi. Dengan menjadikan misi agung tersebut sebagai misi dalam keluarga kita, maka kita bisa menyiapkan setiap anggota keluarga sebagai Ahlul Quran. Keluarga inilah yang didamba setiap insan, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan keluarga Ahlul Quran di dunia dan akhirat.
Salah satu kiat yang bisa kita upayakan agar kita menjadi Ahlul Qur’an adalah dengan mendengarkan bacaan Alquran. Beberapa keutamaan dari mendengarkan kalamullah ini adalah:
1. SEBAGAI HIDAYAH ATAU PETUNJUK
Mendengarkan bacaan Alquran merupakan sarana diperolehnya hidayah atau petunjuk. Petunjuk ini bukan saja diberikan kepada non muslim, namun juga Allah berikan kepada hambaNya yang muslim yaitu berupa bertambahnya keimanan dan dijauhkannya dari kemaksiatan.
Allah ﷻberfirmah:
ٱلَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ ٱلْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُۥٓ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ هَدَىٰهُمُ ٱللَّهُ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمْ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰب
Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. (Az-Zumar Ayat 18)
Tafsir Almuyasar menjelaskan bahwa mendengar perkataan yang dimaksud adalah perkataan dari kitab Allah atau dari sunnah Rasulullah ﷺ, kemudian mereka menjalankan kebaikan yang diperintahkan kepada mereka dan mengamalkannya.
Umar bin Khatab RA Masuk Islam Lantaran Mendengar Bacaan Alquran
Dikisahkan dari riwayat Anas yang dikeluarkan oleh Al-Hakim dan Al-Baihaqi, menyebutkan:
Pada suatu hari ‘‘Umar keluar dengan menyandang sebilah pedang. Di tengah jalan dia bertemu dengan seorang laki-laki dari Bani Zuhrah dan dia berkata: “Akan ke mana engkau, hai ‘‘Umar?” ‘Umar ketika itu menjawab: “Mau membunuh Muhammad.” Laki-laki itu berkata lagi: “Bagaimana engkau dapat merasa aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah setelah membunuh Muhammad?” ‘Umar berkata pula: “Mungkin engkau sendiri sudah menukar agamamu?” Orang itu menukas: “Maukah kau aku tunjukkan kejadian yang lebih menakjubkan? Sesungguhnya saudarimu dan iparmu sudah memeluk Islam dan meninggalkan agama nenek moyangmu.”
Mendengar hal ini, ‘Umar segera berbalik dan menuju ke rumah saudari dan iparnya yang kebetulan Khabbab sedang berada di sana. Ketika mereka mendengar suara ‘Umar, dia segera bersembunyi di dalam rumah. ‘Umar pun masuk dan berkata: “Suara apa yang kudengar ini?” Waktu itu mereka sedang membaca surat Thaha. Keduanya berkata: “Tidak ada, hanya kami berbincang-bincang biasa.” Kata ‘Umar: “Jangan-jangan kalian berdua sudah masuk Islam?” Iparnya menjawab: “Hai ‘Umar, bagaimana jika al-haq itu ternyata bukan berada pada agamamu?”
Mendengar hal ini ‘Umar melompat kemudian membanting dan menginjaknya dengan keras. Saudarinya segera datang membela suaminya. Tapi ‘Umar segera memukulnya hingga darah keluar dari wajah saudarinya itu. Wanita itu berkata dalam keadaan sangat marah: “Apakah (kau marah) meskipun al-haq bukan berada pada agamamu? Sungguh aku bersaksi tidak ada Ilah selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.” (Mungkin karena merasa iba), ‘Umar berkata: “Coba berikan tulisan apa yang ada pada kalian, aku mau membacanya.” ‘Umar termasuk kalangan terpelajar dan pandai membaca. Saudarinya menjawab: “Kamu itu najis. Kitab ini tidak boleh disentuh oleh orang yang najis. Pergilah bersuci!” ‘Umar pun beranjak untuk mandi. Kemudian dia mulai membaca surat Thaha. sampai kepada ayat:
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Sesungguhnya Aku adalah Allah yang tidak ada Ilah selain Aku. Maka beribadahlah kepada-Ku dan tegakkanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (Thaha: 14)
‘Umar berkata: “Tunjukkanlah kepadaku di mana Muhammad!” Ketika Khabbab mendengar hal ini, dia segera keluar dari tempat persembunyiannya dan berkata: “Gembiralah, hai ‘Umar. Aku berharap engkaulah yang didoakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Ya Allah, muliakanlah Islam dengan ‘Umar bin Al-Khaththab atau ‘Amru bin Hisyam’.
(HR.At-Tirmidzi kata beliau gharib dan An-Nadhr Abu ‘Umar kata Al-Imam Al-Bukhari dia munkarul hadits).
Betapa dahsyatnya keutamaan bacaan Alquran, sosok Umar bin Khattab RA yang terkenal sebagai seseorang yang berwatak keras dan bertubuh tegap. Sebelum keislamannya, sering kali kaum muslimin mendapat perlakuan kasar darinya. Pada akhirnya, dengan izin Allah, ia mendapat hidayah masuk islam lantaran mendengarkan bacaan Alquran.
Raja An Najasyi Menangis Ketika Mendengarkan Kalamullah
Ummu Salamah, istri Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bercerita, “Saat kami sampai di negeri Habasyah kami disambut dengan sangat baik oleh Najasyi. Kami aman beragama dan beribadah kepada Allah. Kami tidak diganggu dan tidak mendengar sesuatu pun yang tidak kami suka, Ja’far bin Abu Thalib-lah yang berbicara kepadanya, ‘Paduka, kami dulu adalah kaum yang bodoh, ahli Jahiliyah. Kami menyembah patung, makan bangkai, melakukan perbuatan nista, memutus silaturahim, suka mengganggu tetangga, dan siapa yang kuat di antara kami, akan memakan yang lemah. Begitulah keadaan kami sampai Allah mengutus kepada kami seorang Rasul.’ Najasyi bertanya, ‘Apakah kamu hapal sesuatu dari ajarannya?’ ‘Ya,’ jawab Ja’far. ‘Bacakan untukku!’ pinta Najasyi.
Maka Ja’far pun membaca beberapa ayat awal surat Maryam. Najasyi menangis. Demi Allah, jenggotnya sampai basah oleh air matanya. Uskup-uskupnya pun menangis saat mendengar bacaan Ja’far, sehingga air mata mereka membasahi lembaran-lembaran kitab yang mereka bawa.
Kemudian Najasyi berkata, ‘Demi Allah, ini dan yang diajarkan Musa (Isa –tolong cek yang benar) benar-benar berasal dari sumber yang sama. Pulanglah kalian (wahai utusan orang-orang Quraisy!) Aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian selamanya.”
Berkenaan dengan Najasyi, Allah menurunkan firman-Nya:
وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَىٰ أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ ۖ يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
“Dan apabila mereka mendengarkan apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui.”(Al-Mâ’idah: 83)
Ibnu Jarir dan yang lainnya meriwayatkan dari Az-Zuhri bahwa ia berkata, ”Saya senantiasa mendengar dari para ulama kita bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Najasyi dan sahabat-sahabatnya
Fudhail bin Iyadh, Mantan Perampok yang Menjadi Gurunya Para Ulama
Fudhail bin Iyadh adalah ulama besar yang hidup pada abad ke 2 H, dan wafat pada tahun 187 H. Banyak ulama besar yang berguru kepadanya, di antaranya adalah Imam Syafii, Sufyan bin Uyaynah, Yahya bin Said al Qotton, Ibnu Mubarak dan Abdurrahman bin Mahdi.
Fudhail bin Iyadh dahulunya adalah seorang perampok besar yang sering melakukan kejahatan di rute Abiwarda dan daerah Sarkhos. Siapapun pengelana di jalur tersebut, jika mendengar nama Fudahil maka akan merinding ketakutan. Demikian karena tersohornya operasi perampokkannya di wilayah tersebut.
Kala itu, Fudhail sedang jatuh cinta dengan seorang gadis. Diapun memanjat tembok untuk menemui wanita tersebut. Ketika dia berada di atas tembok, ia mendengar suara lantunan Alquran dari wanita tersebut :
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16)
Tak terasa air matanya berlinang, hingga akhirnya dia pun tersungkur jatuh. Seketika badannya yang selama ini kokoh, menjadi rapuh karena mendengar ayat tadi. Dia pun berkata dalam hatinya untuk menjawab pertanyaan Allah yang terdapat dalam ayat di atas, “Wahai Rabb-ku, telah tiba saatnya”.
Akhirnya, ia pergi menjauh, lalu ia bermalam pada reruntuhan bangunan. Ternyata di samping bangunan itu ada orang-orang yang hendak melewati jalur operasi kajahatannya. Sebagian diantara orang-orang itu berkata, “Ayo kita berangkat”. Sebagian lagi bilang, “Jangan dulu!! Nanti shubuh kita berangkat, karena Fudhail sekarang akan menghadang kita di jalan!!!”.
Fudhail menceritakan , “Kemudian aku merenung dan bergumam; aku menjalani kemaksiatan-kemaksiatan di malam hari dan sebagian dari kaum muslimin ketakutan kepadaku, dan tidaklah Allah menggiringku kepada mereka ini melainkan agar aku bertaubat kepadaMu dan aku jadikan taubat itu dengan tinggal di Baitullah.”
Setelah kejadian itu, Fudhail pun melalui hari-harinya dengan ketaatan kepada Allah sampai ia dikenal dengan ‘abidul haromain (عَابِدُ الْحَرَمَيْنِ), artinya “Ahli ibadah dua tanah suci (Makkah dan Madinah)”
Maha suci Allah yang telah membolak-balikkan hati, dan menganugerahkan kepada hamba-Nya hati yang lembut. Itulah kisah seorang penyamun (perampok) jahat berubah menjadi seorang ulama’ dan hamba yang sholeh. [Dinukil dari: Al-Imam Al-Fudhoil bin Iyadh sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Hafizh Adz-Dzahabiy dalam kitabnya Siyar A’lam An-Nubala’ (8/423)]
Jin Pun Mendapat Hidayah Setelah Mendengarkan Alquran
Allah ﷻ berfirman:
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبً
“Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan,(Q.S.Al-Jin ayat 1.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah membacakan Alquran kepada Jin, dan tidak pernah melihat mereka. Ketika Rasulullah bersama para sahabatnya menuju ke Pasar Ukkadh, sesampainya di Tuhamah, Rasululllah bersama rombongannya berhenti untuk melakukan sholat fajar.
Hal tersebutlah yang menyebabkan terhalangnya setan untuk mencuri berita-berita di langit. Alih-alih mencuri berita langit, setan malahan mendapat lemparan bintang-bintang dari langit. Sehingga setan pun terpaksa pulang kepada kaumnya.
Setibanya di tempat kaumnya, setan-setan tersebut ditanya : “Apa yang terjadi sehingga kalian kembali?”. Mereka menjawab : “Kami terhalang untuk mendapat berita langit”.
“Tentu ada sebabnya, bersabarlah kalian ke timur dan ke barat dan carilah sebab penghalangnya“. Perintah tersebut, membuat mereka menyebar ke barat dan ke timur mencari sebab penghalangnya tindak pencurian berita langit.
Dalam tugas pencarian sebab musabab ini, sebagian dari mereka sampailah di Tuhamah, tempat Rasulullah berhenti untuk melaksanakan sholat shubuh. Mereka mendengar bacaan Rasulullah dan memperhatikannya serta berkata : “Demi Allah, inilah yang menghalangi kita untuk mencuri berita dari langit“. Mereka pun pulang ke kaumnya dan menyampaikan kejadian itu serta mengagumi Alquran yang membawa mereka kejalan petunjuk Allah sehingga mereka beriman. Maka turunlah ayat ini (surah Jin ayat 1, sebagai pemberitahuan kepada Nabi saw., untuk memberitahukan kepada ummatnya tentang kejadian itu. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan At-Tarmidzi dan yang lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas)
(Bersambung Bag. II)
Penulis skrip: Ahmad Fahmi dan UKM Mushaf ICWM
Editor: Tanti Ummu Fahdlan