3. BACAAN ALQURAN MENDATANGKAN RAHMAT DAN KASIH SAYANG ALLAH
Bacaan Alquran akan mendatangkan mendatangkan rahmat dan kasih sayang Allah dengan syarat jika bacaan tersebut didengar dan diperhatikan dengan baik.
Allah ﷻ berfirman:
وَإِذَا قُرِئَ ٱلْقُرْءَانُ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥ وَأَنصِتُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-A’raf Ayat 204)
Ketika dibacakan Alquran kepada kita, maka hendaknya kita mencoba merasakan bahwa seakan-akan kita mendengarnya langsung dari Allah, dan menyadari bahwa bacaan tersebut adalah surat cinta dari Allah, maka tatkala hal tersebut dapat kita wujudkan, niscaya hati kita akan dipenuhi dengan indahnya makna ayat-ayat tersebut. Kita pun juga bisa merasakan kelembutan dan keajaiban yang terkandung didalamnya.
Dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, Mudarris Tafsir Universitas Islam Madinah menjelaskan bahwa, sesiapapun yang seksama mendengarkan ayat-ayat Allah ketika dibacakan, sesungguhnya ia sedang menanti turunya rahmat Allah, maka sepanjang malam, akan menjadi lebih baik jika diseimbangkan antara shalat dan kesetiaan untuk mendengarkan kalam Allah, karena itu akan memperbanyak turunnya rahmat dari-Nya.
Seorang Professor fakultas Syari’ah Universitas Qashim menyampaikan, apabila dibacakan Al Quran di dalam shalat atau lainnya, maka dengarkan dan simaklah baik-baik untuk memahami maknanya, diamlah dari segala kesibukan dan pembicaraan untuk mendengarkan bacaannya, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat ketika melaksanakan perintah-Nya dan mendengarkan ayat kitab-Nya. Ayat ini turun saat ada yang meninggikan bacaan shalat di belakang Nabi. (Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, Saudi Arabia)
Dalam Tafsir Al-Wajiz, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Pakar Fiqih dan Tafsir Suriah menyampaikan bahwa bagi semua orang yang mendengar Alquran ketika dibaca, maka diperintahkan untuk diam, dan mendengarkan. Perintah ini berlaku umum. Perbedaan antara diam dan mendengarkan, yaitu: bahwa diam secara zahir adalah dengan meninggalkan pembicaraan atau tidak menyibukkan diri dengan sesuatu yang membuatnya tidak mendengar.
Adapun mendengar, maka maksudnya adalah menyimak dengan membuka hati dan merenungkan apa yang didengar. Barangsiapa yang memegang kedua perkara ini ketika kitabullah dibaca, maka dia akan mendapatkan kebaikan yang banyak, ilmu yang melimpah, iman yang diperbarui, petunjuk yang selalu bertambah, dan bashirah dalam agamanya.
Oleh karena itu Allah mengaitkan diraihnya rahmat dengan kedua perkara tersebut, hal ini menujukkan bahwa barangsiapa yang dibacakan Alquran kepadanya, lalu dia tidak mendengar dan tidak diam, maka dia tidak akan meraih bagian rahmat, dan dia telah kehilangan kebaikan yang melimpah. Diantara perintah yang ditekankan kepada Pendengar Alquran adalah hendaknya ia mendengarkan dan diam untuknya dalam shalat jahriyah ketika imamnya membaca Alquran. Dalam kondisi ini, ia diperintahkan untuk diam, bahkan kebanyakan ulama berkata bahwa diamnya adalah lebih baik daripada dia membaca Alfatihah atau lainnya.
4. MENDENGARKAN ALQURAN AKAN MENDAPAT PAHALA SEPERTI PEMBACANYA
Mendengarkan bacaan Alquran, pahalanya sama dengan orang membacanya. Bila kita membaca Alquran satu huruf bernilai sepuluh kebaikan, begitu juga ketika kita mendengarkan, setiap huruf yang kita dengarkan bernilai sepuluh kebaikan.
Menilik manfaat bacaan Alquran yang sedemikian mulia, maka hendaknya kita memperbanyak bacaan Alqurn, baik itu dengan melantunkannya sendiri maupun mendengarkan dari orang lain. Mendengarkan bacaan Alquran bisa menggunakan HP, Radio, Komputer dls. Bagi yang mendengarkan dengan seksama, maka in sya Allah pahalanya sama dengan pembacanya.
Jangan Pernah Puas Dari Mendengarkan Alquran
Cinta kepada Alquran adalah tanda cinta kepada Allah. Jika ingin mengetahui bagaimana tanda cinta kita kepada Allah maka kita bisa melihat dari seberapa besar kecintaan kita kepada Alquran.
Ketika membaca Alquran, anggaplah bahwa bacaan tersebut adalah surat cinta Allah yang diberikan khusus kepada kita. Dalam analogi sederhana, hati kita akan membuncah, sangat senang, ketika kita mendapat surat, atau pesan WA dari orang tercinta kita, entah dari orang tua kita, pasangan kita maupun anak kesayangan kita. Bahkan saat isi pesan kurang menyenangkan, kita tetap berharap-harap dan bersemangat membaca pesan dari orang yang kita cintai.
Nah Alquran ini adalah kalamullah, pesan langsung dari Allah. Maka selayaknya kita perlakukan melebihi pesan cinta dari manusia. Dengan demikian, kita akan selalu senang membacanya dan ingin selalu mengulangnya. Sebagaimana nasehat yang disampaikan Ustman bin Affan: “Sekiranya hati kita bersih, niscaya hati kita tidak akan pernah merasa kenyang dari firman Allah ‘Azza wa Jalla (Al-Qur’an).”
Malaikat pun Ingin Mendengar Bacaan Alquran
Suatu malam, Usaid duduk di beranda belakang rumahnya. Anaknya, Yahya, tidur di dekatnya. Kuda yang selalu siap untuk berperang fi sabilillah, diikat tidak jauh dari tempat duduknya. Suasana malam tenang dan hening. Permukaan langit jernih tanpa mendung. Usaid tergerak untuk membaca ayat AI-Qur’an yang suci.
“Alif lam miim, Inilah Kitab (Alquran) yang tidak ada keraguan padanya; menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib yang menegakkan shalat, dan yang menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Alquran) yang diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum kamu, serta mereka yang yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (QS. Al-Baqarah: 1-4).
Mendengar bacaan tersebut, tiba-tiba kuda yang sedang ditambat lari berputar-putar. Hampir saja tali pengikatnya putus. Ketika Usaid diam kuda itu diam dan tenang. Usaid melanjutkan lagi bacaannya. “Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Rabb-nya, dan merekalah orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 5).
Kembali kuda Usaid berputar-putar lebih hebat dari semula. Ketika ia memandang ke langit, ia mendapati pemandangan bagai payung yang mengagumkan. Ia belum pernah melihat pemandangan serupa itu sebelumnya. Awan itu indah berkilau, bergantung seperti lampu memenuhi ufuk, bergerak naik dengan sinarnya yang terang. Kemudian perlahan-lahan menghilang dari pandangan.
Esok harinya, Usaid pergi menemui Rasulullah SAW menceritakan peristiwa yang dialaminya. Rasulullah berkata, “Itu adalah malaikat yang ingin mendengarkan engkau membaca Alquran. Seandainya engkau teruskan, pastilah akan banyak orang yang bisa melihatnya. Pemandangan itu tidak akan tertutup dari mereka.” (HR. Bukhari-Muslim).
(Bersambung Bag. IV)
Penulis skrip: Ahmad Fahmi dan UKM Mushaf ICWM
Editor: Tanti Ummu Fahdlan