Jakarta, Kamis, 6 Februari 2020. Tiga mahasiswa STIU Wadi Mubarak sedang dalam perjalanan pulang menuju Ma’had. Ketiganya adalah Fahmi Zulfikar, Abdurrakhim dan Muhammad Bilal. Ketiganya baru saja mengikuti Musabaqah Hafalan Al-Qur’an dan Hadits Pangeran Sultan bin Abdul Aziz Alu Su’ud Tingkat Nasional ke-12.
Atas izin Allaah ta’ala, Fahmi Zulfikar berhasil meraih juara I untuk kategori 30 Juz. Mahasiswa asal Garut ini tentu saja bersyukur. Tapi dirinya tidak hanyut dalam euforia.
Fahmi masih ingat pesan guru-gurunya sebelum ia dan kedua rekannya berangkat.
Pertama, niatkan untuk ibadah. Untuk tilawah Al-Qur’an. Bukan yang lain. Demikian pesan Mudir STIU Wadi Mubarak, Ust Muhammad Suaidi Yusuf, sebelum ia dan tim berangkat. “jaga juga nama baik Ma’had,” imbuh beliau.
Kedua, selain niat ibadah, niatkan juga untuk silaturahmi dengan para penghafal Al-Qur’an . Juga, untuk berlomba dalam kebaikan. Demikian pesan ustadz Miftahul Arifin, Ketua program Markaz Iqra tempat dirinya mengambil sanad Al-Qur’an.
Ketiga, niatkan sebagai wasilah mencari ridha Allah. Pesan dari keluarganya ini begitu mendalam bagi Fahmi. Selama lomba, tidak putus dirinya berkomunikasi dengan keluarga dan orangtua.
Ketiga pesan tadi membuat Fahmi dan rekan setim tidak terlalu berekspektasi menang. Sejak awal ma’had memang tidak mempersiapkan khusus. Niatnya lebih untuk berpartisipasi.
Baca juga Nasihat Hidayah Dari Syaikh Isa
Sejauh yang Fahmi ingat, pengalaman ikut musabaqah tahfizh adalah dulu ketika kelas 3 SD tingkat kecamatan Tarogong Kidul, Garut. Jauh dari cukup untuk membuatnya mengenal medan perlombaan dan sangat percaya diri bisa melewati perlombaan dengan maksimal.
Alaa kulli haal, banyak pelajaran yang diambil Fahmi selama musabaqah. Dirinya semakin yakin bahwa Al-Qur’an memberikan banyak berkah dan kemudahan bagi dirinya.
Berbekal nasihat dan upaya menjaga niat, selama mengikuti perlombaan dirinya juga kedua rekannya merasakan ketenangan. Tidak terobsesi dengan hasil. Yang penting berusaha sebaik yang ia dan kedua temannya bisa lakukan.
Fahmi tidak berbangga hati. Dirinya menemukan banyak hal positif dan motivasi belajar dari peserta lain. Salah satu yang menariknya adalah ilmu maqaamat yang secara indah dikuasai beberapa peserta.
Bagi penggemar sepak bola dan beladiri ini, pengalaman bertemu dengan sesama penghafal membuat dirinya semakin semangat belajar.
Di balik kesuksesannya dalam belajar, ada satu faktor lagi yang juga penting bagi Fahmi: ridho para gurunya. Ridho dari asatidnya.
Dirinya yakin, setiap penuntut ilmu butuh ridha dari para gurunya. Semoga ridha ini senantiasa ia dan teman-temannya dapatkan senantiasa. Aamiin yaa Rabbal ‘aalaamin. (ARH)