Bertempat di Masjid Wadi Mubarak Puncak, Bogor, Jawa Barat pada Selasa (5/30/2023). Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Wadi Mubarak (STIU-WM) mengadakan pelatihan kepenulisan tentang mengasah kemahiran menulis sebagai bekal dakwah yang dihadiri mahasiswa/i beserta segenap civitas akademika STIU-WM.
Narasumber pelatihan singkat ini adalah Ir. Jonih Rahmat, S.Ag. seorang penulis senior yang telah menghasilkan banyak karya tulis dan diterbitkan oleh penerbit Gramedia. Diantaranya adalah Buku Tentang Kebaikan (2013), Malaikat Cinta: Sisi Lain Ibadah Haji Yang Menyentuh Hati (2014), Bahagiakan Dirimu Dengan Membahagiakan Orang Lain (2015) dan sebagainya.
Ayah empat anak kelahiran Bandung dan menetap di Kota Hujan ini, mencintai ilmu pengetahuan. Beliau berminat pada kajian ilmu-ilmu psikologi, sosial, filsafat, sejarah dan agama. Oleh karena itu, buah tangannya dalam bentuk tulisan tidak jauh dari hal-hal tersebut. Pun kisah-kisah motivasi dan spiritualitas tampak banyak mewarnai buku-bukunya, hingga tak aneh jika ia pun dipanggil Kang Ustadz Jonih.
Baca Juga:
– Kerjasama Dengan STIUWM Walikota Padang Buka Pelatihan Guru Al-Qur’an
– Ketua Yayasan ICWM Dapatkan Sanad Al-Qur’an Di Madinah
Kehadiran beliau di pelatihan kepenulisan ini lah yang menjadikan suasana siang selepas shalat Zhuhur kemarin menjadi sangat istimewa dan membangkitkan antusiasme peserta.
Dalam presentasinya, beliau menyampaikan bahwa menulis merupakan salah satu perintah agama, sebagaimana termaktub dalam surat Al-‘Alaq. Surat tersebut mengajarkan kita untuk belajar melalui wasilah menulis dan membaca.
Allah ﷻ berfirman dalam surat Al-‘Alaq ayat 3-5, “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, 4) Yang mengajar (manusia) dengan pena. 5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Kemudian Kang Jonih juga menyampaikan keunggulan-keunggulan menulis dalam kontribusinya terhadap dakwah, salah satunya adalah bahwa tulisan itu tidak lekang oleh waktu (wasilah paling lestari dalam menjaga ilmu, long lasting).
“Apa yang disampaikan secara lisan akan terbang bersama angin. Apa-apa yang disampaikan secara tulisan akan abadi sepanjang masa”, ungkap Kang Jonih.
Kelebihan lain dari menulis terletak pada ruang lingkup jangkauannya (coverage) yang lebih luas. Selain itu, menulis juga memungkinkan seseorang untuk memberikan kesan bahwa sang penulis pernah ada, sehingga meninggalkan jejak ilmu yang bisa menjadi wasilah perbaikan untuk generasi selanjutnya.
“Membacalah kalau kamu ingin mengenal dunia, dan menulislah kalau kamu ingin dikenal dunia.”, pepatah tersebut seolah mengisyaratkan bahwasanya jika kita ingin mengajarkan kepada dunia, maka mulailah dengan menulis.
Peradaban yang kini kita rasakan, sebenarnya juga dimulai dengan literasi baca-tulis. Literasi inilah yang sekaligus menjadi alat ukur yang membedakan antara kafilah yang berbudaya dan kaum primitif tak berlogika.
Kemahiran menulis juga sangat diperlukan sebagai bekal untuk bercerita. Cerita merupakan salah satu cara yang membedakan manusia dari makhluk lainnya, meneruskan risalah ilmu guna berakselerasi untuk sampai ke puncak ilmu sejati yaitu iman dan takwa.
Betapa pentingnya menulis, sehingga berbagai khazanah keilmuan dalam Islam yang kini kita rasakan, tak lepas dari kontribusi sahabat, salaf, dan catatan para ulama.
Manfaat lain dari menulis adalah berbagi rasa, menyampaikan paradigma, menyebarkan optimisme kepada sesama, juga menginspirasi dan membahagiakan manusia.
Baca Juga:
– Pendaftaran Daurah Menghafal Shohih Bukhari Muslim 2023
– 12 Mahasiswa STIU-WM Dianugerahi Sanad Qira’ah
– Tutup Daurah Huffazhul Wahyain; 3 (Tiga) Mahasiswa STIU-WM Dapatkan Umroh Gratis
Tujuan akhir dalam menulis, memang bukan untuk manusia, karena hanya untuk Allah lah segala darmabakti kita. Namun dengan menulis, kita bisa saling bersilaturahmi antar sesama, saling mengenal dan dikenal, juga saling menghargai antara satu dengan yang lainnya.
Pada kuliah umum kali ini, Kang Jonih memberikan tips untuk memudahkan dalam menulis, yaitu mulailah untuk menulis satu kata, kemudian dari kata tersebut digunakan kedalam sebuah kalimat, dan satu kalimat diuraikan lagi menjadi alenia atau paragraf.
Inspirasi menulis itu bisa datang dari sebuah kata. Jika diibaratkan dengan pohon, maka gagasan utama itu adalah batang pohonnya. Dari batang tersebut, tumbuhlah cabang dan dahan yaitu berupa susunan kalimat dan alenia, kemudian menghasilkan buah dan bunga yang bisa dirasakan manfaatnya.
Tahapan paling pertama dalam menulis adalah menentukan tema, mengambil pokok utama, membuat kerangka berpikir (layout), riset referensi, dan menyusunnya berdasarkan 5 W + 1 H (What, Who, When, Where, Why, How).
Dengan menulis, seseorang bisa menyampaikan pandangannya lebih baik dan tertata. Secara tidak langsung, ia juga belajar sistematika, yang tidak bisa diperoleh hanya sekedar bertutur kata.
Menulis merupakan cara paling efektif untuk berbagi informasi, mampu menciptakan senyuman bagi pembaca melalui deskripsi ilustrasi yang lucu, menyisipkan bunga kebahagiaan ke dalam dada seseorang melalui kisah cinta atau romantisme, bahkan bisa juga memacu adrenalin melalui kisah yang menegangkan. Dahsyat, tulisan ternyata bisa memunculkan segala rasa dalam diri manusia.//zatha