Nabi Zakaria Selalu Optimis dalam Berdoa
Allah Ta’ala berfirman,
قَالَ رَبِّ إِنِّى وَهَنَ ٱلْعَظْمُ مِنِّى وَٱشْتَعَلَ ٱلرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيًّا
Ia berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku”. (Qs.Maryam: 4)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa nabi Zakaria mencurahkan isi hatinya dan berdoa kepada Allah. ‘Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah berusia lanjut, dan tulang-tulangku telah melemah (sehingga kekuatannya telah melemah) dan ia tidak pernah merasa kecewa, sebab setiap kali berdoa, pasti Allah akan mengabulkannya.’
Sudah menjadi sunnatullah, bahwa manusia diciptakan dari bayi, beranjak menjadi anak-anak, remaja, dewasa dan tua.
Allah Ta’ala berfirman:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Qs.Ar Rum: 54)
Allah Ta’aala memberitahukan tentang luasnya ilmu-Nya, besarnya kemampuan-Nya dan sempurnanya hikmah-Nya, di mana Dia menciptakan manusia dari keadaan yang lemah, yakni tahapan pertama penciptaannya, yaitu mani yang selanjutnya berubah menjadi segumpal darah dan berubah menjadi segumpal daging sampai menjadi makhluk hidup dalam rahim, selanjutnya ia dilahirkan dari bayi dan menjadi kanak-kanak.
Setelah itu, kekuatannya semakin bertambah hingga tiba usia muda, usia dewasa, 20 th, 30th, dan 40 tahun. Pada usia 40 tahun ini, seseorang mencapai puncak kesempurnaan keadaan lahir dan batinnya.
Setelah tahapan tersebut dilalui, maka ia sedikit demi sedikit menjadi lemah kembali; menua, beruban dan pikun. Termasuk kebijaksanaan-Nya adalah Dia memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya, bahwa Allah Maha Sempurna menciptakan segala sesuatu, mengatur segala urusan tanpa merasakan kelemahan dan kelelahan.
Nabi Zakaria, pada usia hampir mendekati usia 100 tahun, tetap berdoa kepada Allah agar diberi keturunan yang mewarisinya. Usia dimana beliau dan istrinya sudah mulai melemah, dan sesuatu yang seolah mustahil terwujud yaitu lahirnya anak dari rahim istri yang mandul juga telah berusia senja.
Baca: Nabi Zakaria – Kisah Inspiratif Sepanjang Masa 1
Doa adalah senjata terbaik
Doa merupakan power (kekuatan) yang sebenarnya. Banyak kisah para Nabi yang diberi pertolongan atau keajaiban yang menakjubkan melalui kekuatan doa. Doa adalah satu satunya amalan yang mampu merubah qadla. Maka salah satu teladan Nabi Zakaria yang patut kita contoh adalah selalu mendawamkan doa kepada Allah Ta’ala.
Rasulullah ﷺ bersabda:
لا يرد القدر إلا الدعاء
“Tidak ada yang bisa menolak (merubah) qadla kecuali doa”.(HR.Tirmidzi)
Salah satu amalan yang sangat dianjurkan bagi hamba yang beriman adalah doa. Melalui doa, masih terbuka luas kesempatan untuk meminta dikabulkannya harapan dan cita cita kita kepada Allah. Jika Allah menghendaki, tidak ada yang mustahil untuk tidak terjadi, karena Allah mengabulkan permintaan seluruh hambanya, sebagaimana firman Allah:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya; Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah 186)
Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitab tafsirnya, bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan doa seorang hamba yang meminta kepada-Nya, bahwa doa itu tidak akan tersia-sia dan akan dicatat. Sebab Allah adalah Zat yang Maha Mendengarkan doa. Karenanya, Kita hendaknya tidak meremehkan doa. Memintalah kepada Allah, untuk semua perkara yang kita inginkan. Baik itu perkara ringan maupun besar.
(Bersambung Bag. III)
Penulis Skrip dan editor: Tanti Ummu Fahdlan // Ibn Al.Choer