Meneladani Semangat Siti Hajar
Pilihan sebagai pengajar, sebagai pendidik, sebagai pendakwah Alquran dan Assunah, merupakan tugas istimewa karena ia meneruskan tugas rasulullah. Dan memang, jalan dakwah bukanlah mulus. Jalan dakwah itu berat, ujian dakwah juga berat, sebanding dengan pahala yang sudah Allah siapkan untuk hamba- hambaNya yang beriman.
- Meluruskan Niat
Hal utama yang harus selalu kita tekankan dan kita evaluasi adalah niat. Meluruskan niat ini sangat penting dalam segala aktivitas kita. Apalagi dalam perkara mendidik anak. Semua niatkan karena mencari ridlo Allah. Bukan semata keinginan agar anak paling berprestasi, agar anak hafalannya banyak sehingga mendapat pujian banyak orang, agar anaknya tampak alim dls. Semua keinginan tersebut memang baik. Tetapi upaya meluruskan niat ini, sebuah upaya agar Allah meridloi kita dan kita bisa melaksanakan segala aktivitas dengan penuh dengan keihlasan, semangat, dan tidak berkeluh kesah. Sesungguhnya jika Allah meridloi, maka Allah yang akan memudahkan dan memberkahi jalan dakwah.
- Utamakan doa.
Jangan pernah meremehkan doa. Jangan merasa bahwa usaha kita sudah mampu menjadikan anak didik dan anak anak kita menjadi terbaik. Kita harus bersimpuh kepada Allah, meminta bimbingan Allah. Karena Allahlah penggengam setiap jiwa. Nabi kita Muhammad ﷺbersabda:
إن قلوب العباد بين إصبعين من أصابع الرحمن يقلبها كيف يشاء
“Sesungguhnya hati para hamba itu berada di antara dua jari dari jari-jari Allah subhanahu wata’ala, Dia membolak-balikkannya bagaimanapun yang Dia kehendaki.”
- Pantang menyerah, tak kenal lelah.
Jika kita mengalami kesulitan, mengalami kelelahan, maka hendaknya kita bercermin. Adakah kesulitan kita melebihi kesulitan yang dialami oleh Siti hajar? Dalam panas terik, di padang pasir, tidak ada rumah, tidak ada penghuni lain, tidak ada air, membawa bayi yang kehausan. Seungguhnya ujian kita sangat jauh dari kesulitan yang dialami oleh Siti Hajar.
Seberat apapun perjuangan kita, maka harus selalu diingat. Allah tidak akan menyia nyiakan kita. Allah tidak akan menelantarkan kita.
Baca: Meneladani Sang Khalilullah Ibrahim As Bag III
Allah mengajari kita untuk selalu berjuang dengan gigih dan pantang menyerah. Sehingga kejayaan islam bisa diraih kembali. Rasulullah ﷺ juga mengajarkan kita untuk berusaha sekuat tenaga. Dari hasil jerih payah nabi Muhammad ﷺ, bahkan beliau pernah berkurban 100 ekor unta pada haji wada’. Sejumlah 63 ekor, beliau sembelih sendiri dan sisanya disembelih oleh Ali Ra. Dari sejarah tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa rasulullah seorang yang kaya, dermawan, kuat, namun juga sangat sederhana dalam kehidupan sehari harinya. Karena dalam sebuah hadits, pernah juga diceritakan bawa setelah beliau berkurban pada haji wada’ itu, bahkan sampai 3 kali purnama, Aisyah menyampaikan bahwa dapurnya tidak menyalakan api. Itu artinya, Rasulullah tidak memasak di dapurnya selama beberapa bulan. Dan bertahan dengan makan kurma dan air. Pantaslah jika Allahpun akan hadiahkan surga tertinggi disisiNya.
Kisah kisah yang dialami para nabi inilah, yang hendaknya menjadi penyemangat kita agar kita terus berusaha pantang menyerah. Karena istirahatnya orang mukmin itu di surga. Dunia adalah tempat untuk beramal ibadah, mengumpulkan sebanyak-banyaknya bekal akhirat.
سئل الإمام أحمد بن حنبل : متى الراحة يا إمام ؟ فأجاب : عند أول قدم تضعها في الجنة .
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah pernah ditanya: “Wahai imam, kapankah waktu istirahat itu?” Beliau jawab: “(istirahat yg sesungguhnya ialah) pada saat engkau pertama kali menginjakkan kakimu di dalam Surga.”
(Selesai//Ibn Al.Choer)
Penulis adalah Pimpinan Islamic Center Wadi Mubarak, gelar Doktor Quranic Parenting disematkan setelah mempertahankan disertasi berjudul “Konsep Parenting (Al-Tarbiyah Al-Wâlidiyyah) dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Sejarah Nabi Ya’qub A.S.)” di Universitas Ibnu Khaldun Bogor, tahun 2017.
Penulis Skrip dan editor: Tanti Ummu Fahdlan